Gen Z dan Milenial Lebih Mudah Cemas, Mencurahkan Stres dengan Menulis Bisa Jadi Solusi!
Semua orang pasti pernah cemas dan stres karena berbagai tekanan hidup. Cemas bisa ringan atau berat dan berkepanjangan. Masing-masing orang memiliki mekanisme pertahanan sendiri terhadap kecemasan dan stres. Nah. Dari hasil survei, ternyata kaum muda yang lahir di era 80-an dan awal 90-an memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan generasi pendahulunya.
Berdasarkan data statistik dari Deloitte, mereka yang disebut milenial dan gen Z termasuk orang-orang yang memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan mereka yang lahir tahun 60-an atau baby boomers dan gen X (lahir tahun 70-an). Fenomena ini terutama sejak pandemi COVID-19.
Sejak tahun 2020, hasil perbandingan rata-rata persentase milenial dan gen Z berdasarkan gender menunjukkan para wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi, yakni tingkat kecemasan wanita milenial sebesar 44,3 % dan wanita gen Z sebesar 52,3%. Sedangkan tingkat kecemasan pada para pria milenial sebesar 37,6% dan 38,3% (Deloitte, 2022).
Dampak Cemas Berkepanjangan
Sebagai generasi yang lahir dan tumbuh bersama teknologi, kecemasan milenial dan gen Z terutama berasal dari media sosial sebagai hasil dari transformasi teknologi digital tersebut.
Hal-hal yang memicu rasa cemas berlebihan terhadap milenial dan gen Z, antara lain tuntutan gaya hidup terkait pekerjaan dan kebutuhan finansial yang sering dicitrakan pada berbagai platform media sosial.
Perasaan cemas adalah emosi wajar ketika seseorang sedang menghadapi masalah. Orang-orang mulai merasa cemas saat otak merespons peringatan potensi bahaya. Akan tetapi, jika seseorang merasa cemas terus-menerus, maka itu termasuk tanda seseorang memiliki gangguan kecemasan. Rasa cemas yang dirasakan secara berlebihan dapat merusak kesehatan jiwa, termasuk kesehatan otak.
Otak merupakan organ yang berperan penting untuk mengendalikan seluruh tubuh. Pusat kesadaran tersebut memiliki neuron dengan fungsi terpenting. Seperti yang kita ketahui bahwa otak dapat mempengaruhi segala aktivitas yang ingin kita lakukan sehari-hari.
Kesehatan otak berfungsi sebagai sensorik, motorik, emosional, dan perilaku. Sehingga otak dapat membuat manusia berpikir, membuat keputusan dan memecahkan masalah pada kurun waktu yang tepat. Namun, apabila pada akhirnya keputusan yang diambil menimbulkan masalah lain atau tidak adanya penyelesaian, maka akan muncul rasa panik dan cemas atas situasi yang akan terjadi selanjutnya.
Adanya serangan panik maupun kecemasan jangka panjang dapat membuat otak melepaskan hormon secara teratur. Kondisi tersebut dapat menimbulkan gejala seperti, sakit kepala, mual, dan depresi. Ketika seseorang mengalami cemas, hormon otak akan memenuhi sistem saraf yang telah dirancang di dalam tubuh untuk merespon ancaman, contohnya adrenalin dan kortisol. Namun, hormon kortisol akan menyebabkan peningkatan berat badan ketika seseorang terpapar kecemasan secara berkelanjutan.
Stres Managemen dengan Menulis
Memahamia kondisi kesehatan mental milenial dan gen Z, Stress Management Indonesia mengeluarkan Self Discovery Book dengan judul Self Love Journaling untuk membantu anak-anak muda mengelola stres. i dalam buku ini terdapat macam-macam kolom menulis berisikan tips, kata-kata motivasi, serta pertanyaan mendalam terkait kehidupan di masa kecil dan keluarga.
Mencurahkan berbagai macam emosi di buku Self Love Journaling, akan mampu mengidentifikasi penyebab perasaan sedih, cemas, dan kesal yang dirasakan milenial dan gen Z. Dengan begitu, mereka dapat menjadi pribadi yang lebih tenang, selalu bersyukur, dan bahagia. D
Setiap bulan, Stress Management Indonesia juga akan mengadakan kelas monitoring dalam jangka waktu 6 bulan. “Dengan adanya buku ini, Stress Management Indonesia berharap para milenian dan gen Z yang mengisi buku tersebut dapat meluapkan perasaan dan pikiran mereka serta membangun versi diri sendiri yang lebih baik ke depannya,“ ujar Coach Pris, CEO Stress Management Indonesia..
Komentar
Posting Komentar